Sorot surabaya – Amir, 22, warga Payapi Kunyet, Aceh tampak tegang saat menunggu dirinya akan divonis oleh ketua majelis hakim. Armia yang tanpa didampingi keluarha ini beberapa kali tampak berkonsultasi hukum kedengan kuasa hukumnya, Fariji. Dirinya tak mengira jika mejelis hakim akan memvonis dirinya dengan sembilan tahun penjara.

Amar putusan ini dibacakan langsung oleh ketua mejelis hakim Timur Pradoko di ruang sidang Garuda 2, Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. Putusan ini terdakwa dijerat dengan pasal 114 UU RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika.

Hal yang memberatkan terdakwa tidak mendukung program pemerintah dalam pemberantasan tindak pidana korupsi. Sedangkan hal yang meringankan terdakwa mengakui perbuatannya dan tidak berbelit belit dalam persidangan. “Dengan ini terdakwa atas nama Armia divonis dengan sembilan tahun penjara serta denda sebesar Rp 800 juta subsider 2 bulan penjara,” terang Timur, Selasa (14/11).

Putusan hakim ini lebih ringan jika dibandingkan tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Wilhelmina Manuhutu yang menuntut tiga belas tahun penjara. Meskipun begitu terdakwa dan kuasa hukumnya menerima putusan hakim tersebut.

Usai sidang, kuasa hukum terdakwa, Fariji mengatakan putusan ini cukup ringan. Jadi terdakwa menwrima putusan hakim. “Dia mengakui perbuatannya salah, jadi dirinya ingin merubah untuk menjadi lebih baik lagi dan tidak mau masuk lagi,” ucapnya.

Kasus ini terjadi Senin, 10 April 2017, dimana Saat itu Satresnarkoba Polrestabes Surabaya ini mendapatkan informasi adanya salah seorang kurir sabu sabu yang membawa 550 gram sabu sabu. Saat itu juga polisi bergerak cepat dan mengamankan Armia, dari sana polisi mengembangkan kasus ini.

Dari sana polisi langsung menangkap Amir yang telah menunggu untuk menyimpan sabu sabu tersebut dari Armia. Dari sana, Amir mengakui dirinya disuruh untuk menerima sabu sabu itu, dan menyimpannya. (sr/red ).